Halaman

Rabu, 12 September 2012

Berawal di 2 November ( novel karya M Zein Santoni )


Pagi itu cerah, mentari tersenyum indah awan pun sepertinya tak pernah bosan untuk menutupi teriknya matahari, air sumur mandi pun terlihat jernih bersih meski sedang kering, entah ada apa pada waktu itu terasa berbeda, pergi kebelakang rumah, sebuah sungai kecil yang terdapat air dan batu batu kali yang terdampar.
Disana ada pemandangan indah, ada sesosok wanita yang berkerudung dan berbaju warna biru tua, yang sedang mencuci pakaian. Cantik, rupawan bagai bunga mawar yang sedang mekar dan tertutup kelopaknya.
Ditanyakanlah padanya,”sedang apakah engkau disana?”, tak lama wanita itu pun menjawab dengan sebuah suara senyuman yang khasnya menjawab,”saya sedang mencuci baju, karena dirumah saya, sumurnya sedang kering,” bercelotehlah dengan sebuah basa basi canda bicara  kepada wanita itu,”bisakah saya membantu mencuci bajumu itu?” wanita itu menjawab dengan ciri khasnya,” tidak usah nanti malu dilihat orang”.
Sesudah mencuci wanita itu pun pulang kerumahnya, dan segera bergegas untuk pergi kesebuah madrasah untuk mengajar, karena dia seorang guru ngaji, dan kebetulan pada waktu itu bulan Ramadhan.
Cuaca yang gersang, musim kemarau yang panjang waktu itu, dan tumbuhan yang kering, seakan tak dihiraukan karena terasa sejuk disaat melihat wanita yang berkerudung berbaju warna biru itu.
Sesudah kuliah subuh pertama di bulan Ramadhan, seluruh guru madrasah membersihkan lingkungan madrasah, sebelum matahari terbit pak Ustad memerintahkan agar madrasahnya sudah dalam keadaan bersih, karena akan diadakan pembukaan pesantren kilat di madrasah sepanjang bulan Ramadhan.
Bahagia terasa disaat itu, dibalik pintu kaca yang kotor yang sedang dibersihkan didalam dan diluar, tertataplah matanya yang sayup dan terlihatlah senyum dengan suara yang khas, seakan melayang terbang diangkasa disaat memandang wanita itu.
Disaat mebersihkan jendela yang terbuka, tersentuhlah tangannya yang halus putih dan bersih juga kuku yang sedikit panjang bening, disaat bersentuhan terlihat kembali senyuman yang indah itu, lalu wanita itu entah disengaja atau tidak, dengan manjanya, marah yang tergoda sambil berkata,”diamlah janganlah menggodaku, bila ketahuan pacarmu kamu akan dimarahinya,”. Didekatinya kembali wanita itu dibalik jendela sebelah kanan, sambil berhadap hadapan yang terhalang kaca yang sedang dibersihkan, tertataplah matanya dengan sinar matahari yang membelakanginya, terasa sejuk nian kalbu yang seolah pertama kali dilanda asmara, mabuk kepayang dan terhipnotis pada waktu pagi itu. Senyuman yang membuat para pria seakan terasa berenang dilaut lepas dan biru airnya kembali memancar dibibirnya, lalu wanita itu berkata dengan nada marah, namun hatinya menikmati godaan itu,”berhentilah menggodaku, aku sedang memebersihkan kaca jendela ini,kalo mau bantulah aku, membersihkan jendela ini,”
Hari pun semakin siang, matahari memancar dengan terangnya, meski tertutup oleh pohon belimbing yang kokoh didekat warung depan masjid dan madrasah, semua guru guru madrasah mempercepat gerak demi membereskan pekerjaannya yaitu membersihkan madrasah, tetapi mengapa saat itu wanita itu masih saja membersihkan jendela sebelah kanan dengan tempo yang sangat sederhana, sambil memegang lap basah pembersihkan kaca, dia terus berkata,” sudahlah jauhi diriku!, ayo cepat lap lah kaca ini sebersih mungkin!, janganlah bercanda terus!”,dia tersenyum lembut dan manja sepertinya dia senang saat digoda, kemudian dengan disengaja, tersentuh kembali tangannya itu,lalu dia berkata,” iiiikhhhhhhhhhhh!!!! Kamu tanganmu jail.”lalu  dia mengelapkan lap kaca yang dipegang oleh tangan kanannya pada bibir ini sambil tertawa manja dan dia berlari kecil menuju sebuah bangku yang biasa ditempati oleh Ustad Madrasah tersebut.

BINTANG YANG AKAN REDUP DI HATI
Jam delapan tepat pun tiba, semua para santri pesantren kilat tiba di madrasah berangsur enam  orang guru wanita yang berseragam dengan terlihat cantik sedang berjalan menuju madrasah, dua orang dari depan dan empat orang berjalan di belakangnya, mereka seperti enam wanita kembar yang selalu menghiasi madrasah ini, cantik, putih, dan pintar.
Mereka pun tiba didepan pintu madrasah, semua murid menyambutnya dengan ucapan”Assalamualaikum ibu,!” waalaikumsalam jawab para ibu guru itu. Setelah dua orang guru masuk kedalam ruangan, dan menyusul kemudia empat orang lainnya, tatkala mereka masuk ruangan, seluruh murid kelas Wusto berteriak histeris dan mata mereka tak berkedip sekedip pun disaat salah seorang dari 4orang guru itu melangkahkan kakinya kedalam ruangan.
Ada pemandangan berbeda meurut para santri wusto itu, karena salah satu dari 4 orang guru itu adalah bintang di madrasah ini, bintang yang terang, bintang yang tak pernah padam, dia seseorang yang diidam idamkan seluruh santri pria kelas wusto, dia adalah pujaan pria pria disekitarnya, dia adalah murid kesayangan Ustad Madrasah ini.
Semua mata tertuju padanya, tak seorangpun melepaskan pandangannya pada dia, pakaian yang rapih berwarna coklat kerudung putih dengan bros bunga mawar, dan minyak wangi yang segar tercium menyebar membuat seisi ruangan tertuju pada gerak langkahnya, senyum bibir merahnya seolah tertangkap pada imajinasi mereka para santri, bentuk matanya seperti orang tiongkok yang sedang gusar, mempercantik dirinya, tatapan mata yang tajam, membuat para santri itu itu bermimpi disiang bolong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar